Maskot Orang Sulawesi Selatan |
Siri : Bugis-Makassar-Toraja dan Mandar
Sebenarnya, Siri’ tidak hanya dikenal dalam wacana budaya Bugis-Makassar, tetapi juga di kalangan Suku Toraja dan Mandar yang mendiami daratan Sulawesi Selatan. Dengan tidak mengurangi eksistensi dua suku bangsa lainnya di daerah ini, hanya mengetengahkan suku Bugis-Makassar.
Telah lama orang-orang Bugis-Makassar memegang teguh Siri’ (rasa malu / harga diri). Bahkan Siri’ sudah merupakan inti kebudayaan Sulawesi Selatan. Menjadi inspirasi dari setiap gerak langkah orang-orang Bugis-Makassar kapan dan di manapun dia berada. Sebagai inti kebudayaan, Siri’ jelas tampak dalam karakter dan kepribadian orang-orang Bugis-Makassar. Meski begitu, ada kecenderungan Siri’ mengalami penyempitan makna dan makin kabur aplikasinya di tengah masyarakat sendiri.
Akibatnya, Siri’ kadang terlupakan dan dikesampingkan dalam soal-soal pelayanan publik. Kondisi ini menimbulkan bertambahnya pelaku kejahatan korupsi, misalnya. Mengapa? Karena Siri’ hanya diidentikkan dengan pertumpahan darah. Siri’ dalam konteks ini tampaknya baru berlaku ketika seseorang sudah menganggap dirinya dipermalukan. Padahal sesungguhnya, dengan berlaku baik–paling tidak–bisa menghindari kelakuan yang oleh masyarakat dipandang buruk, atau bertentangan dengan hukum yang berlaku, juga merupakan implementasi Siri’ sebagai perlambang tegaknya sebuah harga diri. Harga diri sebagai orang-orang Sulawesi Selatan. Sebab, hanya disebut manusia jika seseorang memiliki Siri’
Perlu di perpanjang lagi apa arti siri yang sebenarnya karena arti siri dalam bahasa bugis-makassar selama ini sering di identikkan oleh “pertumpahan darah”menurut aksara bugis lontara Sadda mappabati’ ada, ada mappabati’ gau, gau’ mappabati’ tau.
Artinya: Kedudukan dan peranan orang Bugis lebih ditentukan oleh perbuatan daripada nama yang bersangkutan.
Dengan kata lain, kata dan perbuatan seseorang akan menentukan derajat nilai seseorang dalam masyarakat.misalnya hidup di perantauan harus bekerja keras pantang bagi kita untuk mengadah tangan keatas apalagi pulang dari rantauan tdk membawa bekal dan apa-apa atau tdk berhasil,dengan kata lain kerja yang berarti hasil dari keringat sendiri bukan dari hasil KKN.serta Alai cedde’e risesena engkai mappedeceng, sampeanngi maegae risesena engkai maega makkasolang artinya ambil sedikit yang mendatangkan kebaikan,tolak apabila banyak mendatangkan kesalahan.Bahkan Siri’ sudah merupakan inti kebudayaan Sulawesi Selatan.
Menjadi inspirasi dari setiap gerak langkah orang-orang Bugis-Makassar kapan dan di manapun dia berada. Sebagai inti kebudayaan, Siri’ jelas tampak dalam karakter dan kepribadian orang-orang Bugis-Makassar.dan sangat disayangkan apabila hargadiri dijual hidup dirantauan demi sesuap nasi ketimbangkerja mencari rejeki yang halal.
Sumber: Portal Bugis – Makassar / Musailandi Pettalolo
Logo Sulawesi Selatan
logo IPSS
peta wilayah Kabupaten Mimika berdasarkan UU RI no.45 tahun 1999,,
peta sulawesi selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar